KEUNIKAN
SANTRI
Ini adalah kisah dimana dulu ana (bahasa Arab = Saya) seorang santri yang akan
menceritakan pengalaman seru bersama teman-teman di pesantren. Cerita ini
adalah sebuah kejadian lucu dan unik yang dialami oleh semua santri di
pesantren. Banyak wali santri yang memondokkan anaknya agar tidak
terpengaruh dengan pergaulan dunia luar yang sangat bebas. Serta memperbaiki Akhlaq, Adab, dan
Moral mereka.
Oh iya ana hampir lupa nama ana Aqil. Ana adalah salah satu alumnus
dari pesantren Baitussalam. Enam tahun telah ana jalani kehidupan di
pesantren ini. Suka, duka, canda, dan tawa, sering ana alam di sini.
Ngomongin tentang kenangan di pesantren memang tidak ada habisnya. Selalu aja
ada kenangan dan pengalaman indah yang rata-rata semua orang tidak dapat
merasakannya.
Ana mau
Tanya “Apa yang ada di benak pikiran antum (bahasa Arab = kamu) saat
mendengar kata santri?” Mungkin pikiran antum selama ini, santri itu
kerjaannya hanya mengaji, shalat berjama'ah, menutup aurat, dan selalu
mengantri. Hingga ada beberapa orang berpendapat bahwa santri akan dimasukkan
ke dalam sebuah penjara suci, dimana di sana akan ditekan dengan peraturan yang
begitu dahsyat. Eh, jangan salah, mereka seperti itu karena mereka akan diasah
untuk menjadi generasi emas yang berkualitas. Tapi, hakikat santri pada
dasarnya tidak seperti yang antum bayangin di atas. Santri tidak hanya
mengaji saja, tapi mereka selalu mengkaji, berinovasi, dan berkreasi.
Kata santri bukan yang mondok saja, tapi siapa
pun yang berakhlak seperti santri, maka dialah santri. Namun, dengan kamu masuk
pesantren dan menjadi santri, kamu akan lebih optimal dalam melaksanakan
amalan-amalan yang positif, karena kamu berada pada lingkungan yang religious.
Tapi, jangan dikira santri tidak bisa berkreasi dan berinovasi ya. Justru
mereka yang berada di pesantren telah disiapkan masa depannya dengan bekal ilmu
dan ridha seorang kyai atau guru, agar mereka menjadi generasi yang unggul
dibidangnya masing-masing.
Pesantren terkenal dengan peraturannya yang
begitu ketat dan disiplin bahasa yang sangat kental. Meskipun salah satu dari
santri sering terkena marah dan mempunyai rasa jengkel kepada pengurus, tapi
semua itu adalah pendidikan yang harus mereka jalani selama di pesantren.
Memang pada awal santri masuk pesantren, pasti ia merasa tidak betah atau ingin
pulang, tapi semua ini harus butuh pemaksaan, agar kelak mereka semua menjadi
santri yang mandiri dan luar biasa. Semua kegiatan dan peraturan yang dibuat
oleh pesantren telah dirancang sedemikian rupa, demi mewujudkan santri yang
tahan banting dengan segala macam godaan dunia pada zaman sekarang.
Di setiap pesantren pasti ada peraturan, dimana
peraturan itu bisa membuat kamu resah dan tidak nyaman tinggal di pesantren.
Berdasarkan pengalaman ana pribadi, saat pertama kali masuk pesantren
memang takut akan peraturan yang mengerikan itu. Namun, itu hanya awal-awal
masuk saja. Pada realitasnya, alhamdulillah ana bisa menikamati waktu
enam tahun hidup di pesantren. Meskipun rasa rindu kepada keluarga di rumah terus
terbayang, tapi entah kenapa ana bisa betah di pesantren hingga enam
tahun. Mungkin, faktor kesibukan yang ada di pesantren atau faktor-faktor lain
yang membuat ana dan para santri cepat betah. Memang tidak jarang orang
akan tertekan dengan peraturan yang ada di pesantren, sehingga mereka memiliki
rasa ketakutan untuk menjadi santri atau ingin segera keluar bagi yang sudah
terlanjur menjadi santri.
Sebuah peraturan pada dasarnya harus ditaati.
Tapi, kebanyakan dari santri melanggar peraturan itu. Menurut ana
pribadi, antum yang mendapatkan hukuman itu, bisa mengambil pelajaran
dan hikmah yang sangat besar ketika kamu ikhlas melakukan pengalaman itu. Yang ana
rasakan saat dulu di pesantren, tidak melanggar itu hambar. Kenapa hambar? Ya
karena kamu mengikuti alur yang ada, tidak pernah mencoba sesuatu yang baru.
Tapi, bukan maksud ana mengajari kalian untuk melanggar peraturan ya.
Ini sebagai kenangan dan pengalaman aja. Hehehe.
Kebiasaan atau tradisi yang unik di pesantren
juga membuat para santri susah untuk menghilangkan dalam pikirannya. Mulai dari
hukuman (takzir) atau kebiasaan lainnya. Seperti digundul dan dan memakai
kerudung pelanggaran warna-warni bagi yang santriwati, rata-rata hampir semua
pesantren ada tradisi digundul dan memakai kerudung pelanggaran salah satunya
di pesantren ana.
“Di pesantren ana, jika ada anak yang
melanggar peraturan pesantren, seperti tidak memakai bahasa, tidak sholat
berjamaah, keluar pondok tanpa izin dan lain sebagainya mereka akan digundul
dengan niat tahallul. Uniknya, santri yang digundul, adab dan karakternya bisa
berubah drastis. Yang sebelumnya jarang memakai kopyah ketika shalat, setelah
digundul selalu memakai kopyah serta selalu datang tepat waktu, karena tidak
perlu menata rambutnya. Subhanallah... luar biasa. Karena ana
juga pernah merasakan kejadian itu, entah kenapa setelah ana digundul ana
bisa berubah 99%.” Hihihi lucu ya, kalau ingat masa-masa itu. Padahal ketika ana
digundul dulu punya rasa jengkel kepada pengurus itu.
Kebiasaan santri yang unik adalah ngantri
mandi. Suasana di pesantren berbeda dengan rumah. Tradisi ngantri-mengantri
sudah menjadi hal yang wajar, bahkan bisa jadi yang ngantri bukan lagi
orangnya, tapi gayung atau sabunnya. “Orangnya kemana? Ngrumpi atau tidur?” Di
Pesantren, hidup selalu berjamaah. Maksudnya kemana-mana selalu bersama.
Seperti, shalat jamaah, makan bersama, ro’an, belajar bersama, dan tidur
bersama.
Tapi jangan dikira mandi juga jamaah ya! Kalau
mandi tetap personal. Dalam hal ini dibutuhkan kesadaran dan kesabaran yang
lebih. Antum yang sedang mandi harus sadar kalau di luar banyak santri
lain mengantri panjang. Dan bagi antum yang mengantri juga harus sabar
menunggu gilirannya. “Ana pernah bela-belain bangun sebelum subuh, eh
ternyata udah ada yang ngantri. Rajin sekali.” Jika ana mengingat
masalah ini, kadang ana senyum-senyum sendiri tanpa ana sadari.
Tapi tetap hati-hati ya, jangan sampai santri yang mengantri di luar habis
kesabarannya. Kalau sudah habis, bisa jadi mereka akan menggedor bahkan sampai
mendobrak. Bisa dibayangkan bukan? Apalagi antum sedang buang hajat,
tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka akibat bentrokan antrian di luar. Hiii,
pasti sereeem.
Ada salah satu kebiasaan santri yang membuat rasa jengkel. Salah satunya adalah,
“Akhi, nitip baju satu aja ya?” Kalimat itu menjadi hal yang menegangkan ketika
kita sedang nyuci baju, kemudian ada salah satu teman yang mendekati kita
dengan gerak-gerik dan senyuman manis sambil membawa satu atau dua baju, lalu
dalam hitungan ketiga pasti akan keluar kalimat di atas. Lucu juga ya? Kalau ana
sering jadi pelakunya daripada korbannya. Hehehe.
Perbuatan ini sering dilakukan oleh semua
kalangan santri, tapi hampir semua santri pasti pernah merasakan ngantuk dan
tidur saat pelajaran. “Sebabnya apa? Ana sendiri juga tidak tahu.” Sampai saat
ini belum ada yang tahu apa penyebabnya. Tapi, tidak setiap pelajaran tertidur,
bisa jadi satu bulan kadang hanya sekali, menurut ana, tergantung
orangnya aja, bisa mengendalikan diri atau tidak ketika dia sedang ngantuk
berat. Mungkin santri yang sering tidur bisa menyerap ilmu lebih banyak tentang
apa yang telah dijelaskan oleh ustadznya. Dari mana kita tahu? Wallahua’lam.
Seperti Gus Dur beliau dikenal orang yang
sering tertidur ketika gurunya menjelaskan. Ketika beliau bangun, beliau
ditanya oleh ustadznya. Dan beliau mampu menjawabnya dengan baik seperti yang
telah dijelaskan oleh ustadznya tadi. Jadi, jangan beranggapan santri
kerjaannya hanya tidur aja. Jika di pesantren ana, santri yang sering
ngantuk dan tidur rata-rata mendapatkan gelar dari teman-temannya. Gelar yang
diberikannya adalah Abu Naum (ayah tidur). Indah bukan? Terutama ana. Ana
juga mendapat gelar itu dari teman-teman, karena ana sering ketiduran ketika di
kelas, belajar malam, dan zikir shalat. Hihihi jadi malu kan.
Kebiasaan satu ini termasuk unik dan lucu, jadi bukan aib. Karena menurut BPI
(Bahasa Pesantren Indonesia), ghosob adalah meminjam suatu barang tanpa seizin
pemiliknya. Kalau di luar mungkin ini sudah menjadi kejahatan yang nyata, tapi
bagi kami (anak pesantren), ghosob itu sudah menjadi hal yang wajar dan
dimaklumi meskipun itu hukumnya adalah haram.
Menurut sebagian para santri jika sandal kita
dighosob maka kita harus mencari ghosoban. Jangan ditiru ya. Maksudnya jika
sandal kita dighosob maka kita harus ikhlas jalan kaki tanpa alas. Tenang,
sandalanya nggak hilang kok, mungkin cuma pindah tempat aja. Ghosob, ada dua
kemungkinan yang akan terjadi jika melakukannya, yaitu bisa menjadi dosa
apabila si pemilik tidak ikhlas dengan barangnya yang hilang karena dighosob.
Namun, bisa juga menjadi tidak, jika barang yang ia ghosob si pemilik barang
mengikhlaskannya. Tapi, meskipun pemilik barang ikhlas atau tidak, sikap kita
tetap menghindari barang-barang yang tidak jelas akan kepemilikannya (wara’).
Ok.
Biasanya barang yang sering di ghosob itu
sandal dan alat mandi. Kejadian yang paling ngeselin yang sering ana
alami adalah ketika sehabis shalat lalu keluar dari masjid dan ingin balik ke
kamar, “Cek sandal eh enggak ada, dan sandal pun tiba-tiba sudah sampai lebih
dulu di kamar.” Dasar aneh.
Kasus ini sering dialami oleh semua santri,
terutama ana. Pakaian yang hilang bukan berarti dicuri, tapi karena
terbang atau kebawa dengan santri lain. Uniknya lagi, saat diumumkan di asrama,
tidak ada yang mengaku. Tapi ana yakin orangnya ada di area pesantren.
Emang ada orang luar yang mau mengambil pakaian santri di dalam Pesantren. Aneh
bin ajaib.
Ini juga kejadian yang tak jauh dengan cerita yang di atas dan menjadi kenangan
yang menyedihkan bagi ana. Di mana kita menjemur, di sana kita menemukan
jemuran yang sudah ada di bawah dengan keadaan penuh dengan tanda kaki dan
sandal. Dan dari situ kita diuji kesabarannya. Karena ana juga sering
mengalamiya. Ketika baju ana jatuh entah terkena angin atau keserempet
santri-santri yang lain. Tapi yang pasti saat ana ingin mengambil baju,
tiba-tiba sudah ada di bawah dan dalam keadaan kotor terkena jejak para santri.
Tanpa berpikir panjang segera ana cuci baju dengan perasaan yang sangat
kecewa, tapi bagaimana lagi? Ya sudahlah ana ambil hikmahnya aja,
mungkin ini adalah peringatan bagi ana, agar tidak ceroboh lagi dan
selalu berhati-hati.
Ketika salah seorang dari mereka yang sekamar
ada yang disambang pasti semua para santri bilang “Hei ada sinyal, ada
sinyal!!” Kata-kata itu selalu terucap ketika jam makan tiba terutama waktu
sambangan. Saat momen seperti inilah para predator ganas akan menyerang,
biasanya para santri predator ini tak memperdulikan aktivitas apa yang dilakukan
saat itu, mereka langsung lari menuju target dan berusaha menguasai makanan
yang akan dibagikan itu.
Siapa cepat dia kenyang, siapa lambat dia
memberikan peluang besar pada temannya. Sesungguhnya teman senampan lebih asyik
daripada teman yang suka ngajak ke restoran. Memang seru saat momen seperti
ini, suasana sesunyi apapun tiba-tiba menjadi heboh karena kejadian ini.
Biasanya banyak makanan tercecer di lantai, karena kericuhan mereka ketika
sedang makan. Hahaha, luar biasa kebersamaannya.
Nah, kejadian yang satu ini jangan ditiru
ya, ada santri yang setelah disambang dia malu untuk melihatkan wajahnya ke
semua teman. Akhirnya dia memasukkan kepalanya ke dalam lemarinya untuk makan
makanannya sendiri. Eh, bukan ana ya! Ingat, jangan di contoh. Perbuatan
ini namanya pelit (bakhil).
Kebiasaan unik di pesantren yang satu ini pasti
membuat kalian semua heran. Tidak ada gelas, gayung pun jadi. Tidak ada wadah,
ember pun jadi. Maklum kita di pesantren, semua peralatan sangat terbatas.
Apabila kemarin dibawakan orang tua gelas atau piring pasti nggak akan lama
gelas atau piring itu akan hilang. Entah dighosob sama teman atau kita yang
teledor. Ketika semua santri sedang mengalami kehausan yang berat, dan kita
ingin membuat sesuatu yang segar bersama teman-teman, tapi salah satu
kendalanya adalah tempat. Kami tidak kehilangan akal. Ide kreatif pun muncul
begitu saja di benak pikiran kami. Akhirnya kami menggunakan alat yang bisa
digunakan seperti gayung dan ember. Hahaha kreatif juga ya ternyata.
Tanggal tua! Muka mendadak kusut. Tanggal tua adalah tanggal yang mengerikan
bagi semua kalangan santri. Pada tanggal tua ini, semua santri mengalami krisis
moneter. Dimana segala persediaan mulai menipis, lemari kosong, ditambah gaji
orang tua yang tak kunjung datang. Lebih miris lagi kalau sudah tanggal tua
tidak disambang. “Tapi ana sering memanfaatkan kesempatan ini untuk
rajin berpuasa daud. Tidak apa-apa, ana jalani aja. Sebagai seorang
santri memang harus tirakat dan qona’ah.” Subhanallah.
Itu lah kejadian unik dan lucu mengenai
kehidupan santri di pesantren yang bakal dirindukan setelah kamu lulus dari
pesantren nanti. Jadi santri tidak akan mengubah dirimu menjadi monster yang
menakutkan dengan tekanan peraturan yang begitu hebat, tapi akan menjadikan
dirimu sebagai generasi yang berkualitas, cemerlang, dan tahan banting serta antum
dapat menemukan jati diri yang lebih baik di pesantren.
Sebenarnya, semua hal yang kamu pikirkan
tentang santri itu merupakan sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan bagi
semua umat Islam di dunia. Karena sebagai umat Islam sudah seharusnya kita
menaati perintah Allah SWT. dan menjahui larangan-Nya.
Kamu yang terbaik
ReplyDelete