Gerhana bulan
terjadi ketika bulan tertutupi oleh bayangan bumi. Orbit Bulan mengelilingi
Bumi berbentuk elips sehingga jarak Bumi dengan Bulan selalu berubah, dan saat
bulan berada di titik terdekat (perigee) dengan bumi bertepatan dengan bulan
purnama, terjadilah supermoon.
Gerhana bulan
pada 31 Januari 2018 nanti terjadi saat bulan berada dalam konfigurasi
supermoon dan blue moon. Dikutip dari keterangan tertulis, LAPAN menyatakan
bahwa 3 fenomena terjadi di waktu yang sama ini terakhir kali bisa diamati pada
31 Maret 1866 atau 152 tahun yang lalu.
Peristiwa alam nan bersejarah, yakni tiga fenomena bulan akan
berlangsung pada Rabu (31/1/2018). Supermoon, bulan biru, dan gerhana bulan
akan berlangsung dalam satu malam. Analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika atau BMKG menyebutkan gerhana bulan akan berlangsung selama 5 jam
20,2 menit, tepatnya dari pukul 17.49 WIB hingga 23.09 WIB.
Banyak mitos yang beredar supermoon bakal berdampak buruk
terhadap kesehatan. Faktanya, tak ada pengaruh kesehatan yang dari fenomena
supermoon, mungkin selain kurang tidur karena asyik menyaksikan peristiwa
langit itu hingga larut malam.
Sejak zaman romawi, ada anggapan bulan purnama identik dapat
membuat perilaku manusia menjadi aneh dan gila. Namun, para ahli tak menemukan
bukti hubungan dengan kesehatan.
Teori ini berangkat dari hipotesis gravitasi yang mempengaruhi
air laut dan membuat pasang naik. Begitu pula dengan tubuh manusia yang terdiri
dari 55 sampai 60 persen air. Supermoon
akan mempengaruhi tubuh meski tidak signifikan dan tak berarti
apa-apa.
Teori ini menyatakan kecerahan bulan purnama bakal mempengaruhi
durasi dan kualitas tidur yang akan membuat suasana hati menjadi buruk dan
perilaku tak menentu. Sebuah studi menemukan bahwa orang rata-rata tidur 19
menit lebih sedikit saat bulan purnama karena cahaya yang terang.
Namun, Duffy menyatakan efek supermoon terhadap tidur tak begitu kentara. Menurut Duffy, lebih besar pengaruh dan bahaya cahaya dari telepon seluler ketimbang cahaya supermoon.
Namun, Duffy menyatakan efek supermoon terhadap tidur tak begitu kentara. Menurut Duffy, lebih besar pengaruh dan bahaya cahaya dari telepon seluler ketimbang cahaya supermoon.
Indonesia beruntung bisa menikmati
fenomena super blue blood moon
Beberapa
bagian dunia tidak bisa secara langsung menyaksikan peristiwa astronomi
spektakuler tersebut. London dan Afrika Selatan misalnya, tidak kebagian jatah
melihat super blue
blood moon sedikit pun.
Ada pula negara yang justru
menikmati fenomena ini bukan pada malam hari, melainkan pada pagi hari,
seperti bagian barat Amerika Utara, Alaska, dan Kepulauan Hawaii.
Nah, Indonesia dan beberapa
negara di Timur Tengah, Asia, Rusia Timur, Australia, dan Selandia Baru
termasuk yang beruntung karena bisa menyaksikan fenomena ini secara maksimal.
(https://news.com)