Buat kamu yang hobi jalan-jalan, pastikan outfit yang kamu pakai nyaman dan bersih ya guys. Salah satunya kaos kaki dan sepatu nih. Rajin-rajin untuk ganti kaos kakimu, Karena bakteri yang muncul bakal bikin kakimu bau dan timbul efek tidak nyaman. Nggak ada salahnya dong kalau kita melakukan hal-hal yang sederhana ini.
Pilih kaos kaki berbahan lembut
Jika kalian sering mengenakan sepatu atau alas kaki dengan bahan yang halus yang mudah menyerap keringat. Bahan katun atau sutera bisa menjaga kaki agar tetap kering. sebaiknya hindari menggunakan kaos kaki lebih dari sehari untuk mencegah bakteri mudah datang pada kaki yang mudah berkeringat.
2.Pilih sepatu yang longgar dan berongga Pemilihan terhadap sepatu yang sehat untuk kaki juga merupakan cara menghilangkan bau pada kaki yang cukup efektif. Sepatu yang sehat dan baik adalah yang memberikan sirkulasi udara pada kaki. Ukuran sepatu juga jangan terlalu sempit yang justru akan menimbulkan kelambapan pada kaki.
3. Gunakan bedak anti septik
jika kaki kalian termasuk mudah mengeluarkan keringat, sebaiknya gunakan bedak anti septik atau bedak yng biasa digunakan untuk biang keringat sebelum menggunakan kaos kaki dan sepatu. Caranya, taburkan saja bedak pada kaki yang telah dikeringkan terutama pada sela jari kaki sebelum memakai kaos kaki.
4. Cucilah kaki dengan air garam
Untuk mengurangi bau kaki tak sedap sering-seringlah merendam kaki dalam air yang dicampur dengan garam selama sekitar 20 menit. Lakukan cara ini begitu tiba di rumah setelah mengenakan waktu dalam waktu yang lama di sekolah atau di kantor. Air garam sangat baik untuk menghilangi kutu air dan membuat kaki lebih sehat tanpa bau.
5. Rendam kaki dalam air lemon tea
lemon ternyata tak hanya nikmat saat diminum namun juga efektif untuk menghilangi bau kaki tidak sedap. Namun agar tidak boros gunakan saja teh bekas rendaman yang telah basi dan tambahkan jeruk lemon dengan air untuk merendam kaki. Lakukan cara menghilangkan bau kaki ini setidaknya sekali seminggu, termasuk untuk memelihara kesehatan kaki.
Suatu pagi di sebuah stasiun kereta. Terlihat seorang lelaki setengah baya membelai seekor anjing berbulu putih. Dari air mukanya terlihat, lelaki itu sangat menyayangi hewan peliharaannya Sejenak kemudian, ia bergegas naik ke gerbong kereta yang akan berangkat. Anjing itu hanya bisa menggonggong dan menggerak-gerakkan ekornya, seakan mengucapkan selamat jalan jalan kepada sang majikan. Kereta itu pun melaju dan anjing itu pun pergi. Ketika menjelang sore si anjing telah berada di depan stasiun. tepat di tempat ia berpisah dengan sang majikan pagi tadi. Matanya terlihat mengawasi setiap penumpang yang keluar masuk gerbong kereta. Sesaat kemudian si anjing menggonggong "kegirangan" ketika melihat seorang lelaki turun dari kereta dan menghampirinya. Tidak lain dan Tidak bukan lelaki itu, lelaki itu adalah majikan yang ditunggunya. seperti saat berangkat, sang majikan membelai leher anjing tersebut dan membawanya pergi Begitulah peristiwa itu terjadi.
Setiap pagi anjing itu pergi ke stasiun kereta mengantarkan sang majikan dan kembali lagi pada sore hari untuk menjemput sang majikan kegiatan itu menjadi rutin dilakukan si anjing tersebut. Suatu hari terjadi sebuah bencana. kereta apai yang ditumpangi lelaki setengah baya tersebut mengalami kecelakaan. Ia pun tewas, setelah tubuhnya terhimpit bongkahan gerbong yang rusak berat. Menjelang sore hari anjing itu menunggu di halaman stasiun kereta. Matanya terus memperhatikan orang yang lalu lalang, keluar masuk kereta. sudah lama ia berada di tempat tersebut, tapi majikan yang dinantinya tak kunjung datang.
Malam pun datang menjelang. Udara dingin mulai merasuki tulang. Orang-orang yang berada di tempat itu satu persatu menghilang. Kesunyian pun segera menghampiri. Anjing itu tetap tak beranjak dari tempatnya. Keesokan harinya, salju mulai turun menyelimuti kota, tak terkecuali kawasan stasiun kereta. Walau salju terus turun dan udara semakin dingin, si anjing tetap tak beranjak dari tempatnya semula. Rasa lapar, udara dingin, dan kepenatan tidak ia keluhkan. Hanya satu yang ia inginkan, bertemu dengan sang majikan.
Suatu pagi, terlihat orang berkerumun di halaman stasiun kereta. Dari raut wajah mereka tergambar rasa haru yang demikian mendalam. Sebagian dari mereka menitikan air mata. Dihadapannya terlihat berdiri seekor anjing putih yang membeku. Ia mati demi satu hal, kesetiaan. Kisah tersebut benar-benar terjadi di negeri nan jauh di sana. Kita mungkin bertanya, mengapa anjing tersebut rela mati dengan cara seperti itu? Jawabannya karena ia memiliki kesetiaan dan pengabdian. Dua hal itu muncul dari rasa syukur atas kebaikan dan kasih sayang yang diberikan sang majikan kepada dirinya. kita bisa bercermin dari peristiwa itu. Pernakah kita menghitung nikmat dan kasih sayang yang Allah berikan? Pernakah terbetik dalam sanubari kita untuk mensyukuri dan membalas semua karunia Allah tersebut? Atau, relakah kita mati untuk menggapai cinta kasih Allah yang abadi? Kalau tidak mungkin maka anjing itu lebih mulia daripada kita.
Semangat hidup itu sangat penting untuk bisa hidup yang luar biasa.Namun menuju kesuksesan tidak cukup hanya berbekal semangat. Masih banyak hal yang harus disiapkan untuk meraih kesuksesan.
Pernakah kita melihat orang menggali sumur untuk mendapatkan sumber mata air? kalau pernah itulah beberapa syarat meraih kesuksesan, yaitu merencanakan, melaksanakan, tekun/istiqomah, sabar, dan fokus. tidak akan ketemu air jika penggali sumur seteelah melaksanakan penggalian 2 meter tidak menemukan air, lalu pindah ke lokasi lain. Jika terus melakukan demikian, maka dijamin dia tidak akan bertemu dengan air.
Terkait perencanaan perhatikan (QS. at-Thariq:16): "Dan aku pun membuat rencana (pula) dengan sebenar-benarnya". Kalau Allah saja merencanakan secara matang, masak kita tidak membuat perencanaan dalam meraih tujuan hidup. Siapa yang gagal merencanakan hidup, maka dia merencanakan kegagalan hidup ini. Buatlah perencanaan hidup sesuai yang kalian inginkan dalam hal positif. Insyaallah hampir semua perencanaan yang kalian inginkan tercapai. Ingatlah bahwa begitu kita merencanakan, maka seluruh sel yang ada dalam tubuh akan mengkondisikan utuk mewujudkan rencana ini. We becomes what we think about. "Kita menjadi seperti apa yang kita pikirkan.
Terkait melaksanakan, perhatikan (QS. an-Nisa':66): "..Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal demkian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka)." setelah kita mempunyai ide/rencana, maka segeralah laksanakan. Jangan sampai menahan ide/rencana yang telah dibuat. Sering kali seseorang mengeluh seperti ini,"Ya Allah, itu kan ide yang pernah saya rencanakan? kenapa dia sih melaksanakan? "kata-kata ini sering kita dengar, karena kita hanya mempunyai ide/rencana, namun tidak segera melaksanakan ide/rencana tersebut.
Terkait istiqomah, perhatikan (QS. al-Muzammil:8): "Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadalah kepada-Nya dengan penuh ketekunan." Ayat ini menginspirasi kita,bahwa untuk mewujudkan rencana atau cita-cita seseorang haruslah istiqomah terus-menerus dengan tekun mewujudkan ide/rencana tersebut.
Terkait sabar, yakni sabar dalam meraih kesuksesan. Tidak akan menjadi apa-apa jika seseorang mengerjakan tanpa kesabaran. Dengan kesabaran, jadilah apapun. Jika mengalami hambatan dalam mewujudkan usaha, maka segeralah dekati Allah. Perhatikan (QS. al-Baqoroh:45): "Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-ornag yang khusyu'".
Terkait fokus, mengerjakan pekerjaan harus fokus dengan konsentrasi tinggi, agar pekerjaan sesuai dengan perencanaan. Fokuskan pikiran kita dalam mengerjakan apapun, untuk mengurangi kesalahan dan keteledoran diri.
Semoga apa yang kita rencana yang diinginkan menjadi kenyataan. Dan semoga Allah senantiasa melindungi,memberi petunjuk, dan meridhai langkah kita menuju kesuksesan didunia dan akhirat. Amiiin.
Pesantren Modern Al-Amanah kami rintis dari sebuah "cita-cita" yang nyaris disebut "mimpi" karena kami tak memiliki bekal apapun, kecuali "keyakinan dan semangat". Beberapa langkah awal yang kami lakukan:
Mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang pesantren. Maka kami kunjungi banyak pesantren, mulai dari pesantren besar seperti Gontor, Asy-syafiiyah, Lirboyo, hingga pesantren yang tinggal dipuing-puing. Selain itu kami juga mengumpulkan buku-buku yang berbicara tentang pesantren.
Menyiapkan beberapa kader, yang kelak akan kami jadikan teman untuk mulai membangun dan merintis.
Terus meningkatkan kemampuan dengan banyak membaca dan mengoleksi buku.
Pertama kali kami terjun di desa "Mojosantren", sebuah desa yang terkenal sebagai desa santri yang kemudian mengalami pergeseran karena "Industry". Kami tertantang untuk mencoba mengembalikan masa lalu sebagai desa santri. kami yakin bahwa kami akan mampu dengan beberapa timbangan:
Banyak tokoh yang menginginkan.
potensi keuangan yang luar biasa dengan adanya home industry sepatu,dimana setiap harinya terdapat ribuan pekerja mencari rizqi di pedukuhan ini.
Beberapa langka yang kami lakukan :
Mengadakan aneka kegiatan, diskusi, pengajian, kajian dengan aneka lapiasan masyarakat.
Mengumpulkan para tokoh, sesepuh, dan pemilik perusahaan untuk menyampaikan rencana kami.
Gagasan kami mendapat sambutan luar biasa, baik dari kaum muda, sesepuh dan para pengusaha hingga dalam waktu singkat "suasana keagamaan" begitu terasa. pembangunan gedung yang kami rencanakan mulai berangsur terbangun, begitu juga sumbangan dari tokoh masyarakat mengalir lancar. Dalam waktu singkat, lantai pertama mampu kami rampungkan.
Tak terduga, ada "perbedaan" cara pandang dalam mengembangkan dan membangun pesantrenyang kemudian menimbulkan" salah paham". Akibatnya sebagian besar masyarakat "marah" dan memutuskan dukungan, hingga bangunan tidak bisa dilanjutkan. Setahun kami menunggu, masyarakat tak mau lagi meneruskan. Akhirnya dengan kekecewaan yang luar biasa kami "hijrah" di desa Junwangi, hanya 1 km dari Mojosantren dengan mengikuti aliran sungai.
Sebanarnya kami tak langsung masuk desa Junwangi, beberapa desa telah kami "coba", beberapa rumah telah kami lihat, namun kurang cocok untuk melanjutkan perjalanan kami yang sempat "gagal".
kegagalan di Mojosantren memang amat pahit, tapi kami terus mempelajari. banyak pelajaran dan hikmah yang dapat kami petik, sehingga ketika berada di desa Junwangi kami menggunakan cara yang lain. Apalagi keadaan Junwangi berbeda dengan Mojosantren. Junwangi adalah desa yang belum tersentuh da'wah, hingga kebiasaan melakukan judi, minuman keras masih terjadi. Maka bukan sesuatu yang aneh jika salah satu musholla kecil di pedukuhan tempat kami tinggal tak ada jamaahnya kecuali pemilik musholla dan satu putranya.
Langkah kami adalah sebagai berikut:
Mengalir, mengikuti kegiatan masyarakat, khususnya kaum muda dengan harapan mereka menerima kehadiran kami, seperti: catur, remi dll.
pelan -pelan kami memberi teladan, misalnya ketika masuk waktu shalat kami dengan istri berangkat ke musholla.
kami berusaha menghidupkan musholla pedukuhan dengan jama'ah, pengajian dan renovasi pembangunan.
Pesantren modern al-amanah mulai kami rintis setelah musholla kampung berjalan, jamaah lima waktu terlaksana dengan baik. Di rumah kontrak, kami mengajar mengaji dengan anak kecil,mulai dhuhur hingga larut malam tiap hari. Anak yang mengaji bertambah banyak, cita-cita makin kuat, keyakinan makin sempurna.
Tanah waqaf dari ibu kamsini menambah kuatnya semanagat. Rumah tetap kontrak, tanah waqaf mulai kami pondasi. Berbeda dengan di Mojosantren, di Junwangi kami merintis sendiri tidak banyak melibatkan orang lain. ternyata tidak mudah, setahun hanya berupa pondasi, tak mampu meneruskan.
baru tahun 1992 kami sempurnakan, dan bulan Agustus 1992 KH. Shaleh Qasim kita rawuhkan untuk berdoa dalam acara penting itu, saat itu baru ada dua santri mukim dari desa tetangga, selebihnya putra-putri tetangga.
Rintangan silih berganti, ujian teerus kami hadapi, hal-hal sulit terus bermunculan, tapi pelajaran yang Allah berikan ketika di Mojosantren meneguhkan kami untuk terus maju. Dan Alhamdulillah, terus berkembang, Al-Amanah mulai menjadi alternatif masyarakat untuk mencaripendiikan formal pesantren.