Saturday, September 16, 2017

KESETIAAN

KESETIAAN

Suatu pagi di sebuah stasiun kereta. Terlihat seorang lelaki setengah baya membelai seekor anjing berbulu putih. Dari air mukanya terlihat, lelaki itu sangat menyayangi hewan peliharaannya Sejenak kemudian, ia bergegas naik ke gerbong kereta yang akan berangkat. Anjing itu hanya bisa menggonggong  dan menggerak-gerakkan ekornya, seakan mengucapkan selamat jalan jalan kepada sang majikan. Kereta itu pun melaju dan anjing itu pun pergi. Ketika menjelang sore si anjing telah berada di depan stasiun. tepat di tempat ia berpisah dengan sang majikan pagi tadi. Matanya terlihat mengawasi setiap penumpang yang keluar masuk gerbong kereta. Sesaat kemudian si anjing menggonggong "kegirangan" ketika melihat seorang lelaki turun dari kereta dan menghampirinya. Tidak lain dan Tidak bukan lelaki itu, lelaki itu adalah majikan yang ditunggunya. seperti saat berangkat, sang majikan membelai leher anjing tersebut dan membawanya pergi Begitulah peristiwa itu terjadi.

Setiap pagi anjing itu pergi ke stasiun kereta mengantarkan sang majikan dan kembali lagi pada sore hari untuk menjemput sang majikan kegiatan itu menjadi rutin dilakukan si anjing tersebut. Suatu hari terjadi sebuah bencana. kereta apai yang ditumpangi lelaki setengah baya tersebut mengalami kecelakaan. Ia pun tewas, setelah tubuhnya terhimpit bongkahan gerbong yang rusak berat. Menjelang sore hari anjing itu menunggu di halaman stasiun kereta. Matanya terus memperhatikan orang yang lalu lalang, keluar masuk kereta. sudah lama ia berada di tempat tersebut, tapi majikan yang dinantinya tak kunjung datang.

Malam pun datang menjelang. Udara dingin mulai merasuki tulang. Orang-orang yang berada di tempat itu satu persatu menghilang. Kesunyian pun segera menghampiri. Anjing itu tetap tak beranjak dari tempatnya. Keesokan harinya, salju mulai turun menyelimuti kota, tak terkecuali kawasan stasiun kereta. Walau salju terus turun dan udara semakin dingin, si anjing tetap tak beranjak dari tempatnya semula. Rasa lapar, udara dingin, dan kepenatan tidak ia keluhkan. Hanya satu yang ia inginkan, bertemu dengan sang majikan. 

Suatu pagi, terlihat orang berkerumun di halaman stasiun kereta. Dari raut wajah  mereka tergambar rasa haru yang demikian mendalam. Sebagian dari mereka menitikan air mata. Dihadapannya terlihat berdiri seekor anjing putih yang membeku. Ia mati demi satu hal, kesetiaan. Kisah tersebut benar-benar terjadi di negeri nan jauh di sana. Kita mungkin bertanya, mengapa anjing tersebut rela mati dengan cara seperti itu? Jawabannya karena ia memiliki kesetiaan dan pengabdian. Dua hal itu muncul dari rasa syukur atas kebaikan dan kasih sayang yang diberikan sang majikan kepada dirinya. kita bisa bercermin dari peristiwa itu. Pernakah kita menghitung nikmat dan kasih sayang yang Allah berikan? Pernakah terbetik dalam sanubari kita untuk mensyukuri dan membalas semua karunia Allah tersebut? Atau, relakah kita mati untuk menggapai cinta kasih Allah yang abadi? Kalau tidak mungkin maka anjing itu lebih mulia daripada kita.          

No comments:

Post a Comment